Senin, 19 September 2011

Selamat jalan ...

Pagi itu hape-ku berdering. Tidak seperti biasanya
"Mak Ndhut". Demikian tulisan yang tertera di ponsel-ku
Demikian anak-ku si tuyul kecil suka memanggil mama-ku


Emak (nenek) kritis. Demikian kabarnya.
Tidak panjang, namun menguras emosi.


istriku menyuruhku mandi sebelum bergegas ke Rumah Sakit
aku ikuti sarannya, biar makin tampan


aku masih ingat warna kaos yang aku pakai setelah itu
HITAM. Polos didepan dengan secuil tulisan di punggung belakang


Entah kenapa aku terpikir untuk berganti baju.
Tepatnya berganti warna.
Putih polos.


Setiap teringat aku selalu tersenyum, sekaligus sedih
Pagi itu aku hanya berpikir, aku akan mengantarkan nenek-ku "pulang"
Dan aku harus rapi.
Enggan kupakai hitam, karena ku yakin ujung kehidupan-nya putih.


Ketika tiba di ruang itu . . .
Nenek terbaring makin lemah dengan alat bantu
Aku sempat ingin mencoba mencairkan suasana dengan guyonanku.
"Mau mengantarkan emak pulang koq pada belum mandi dan gak rapi ?"
Namun ku-urungkan niatku. 
Aku berdiam diri


Seorang pendeta datang
Aku mengenalnya
Kami berdoa bersama-sama.
Berdoa bahwa kami menyerah dan merelakan nenek kami
Dan aku tahu ini waktunya
Waktu untuk nenek pulang


Kesalahanku cuma satu
Pagi itu aku memilih berangkat bekerja
Tidak ada dua jam kemudian ponselku berdering
Kali ini dari adikku. Menangis
"Emak meninggal"


Aku bahagia dan bercampur sedih.
Bahagia karena sebelum meninggal, nenekku menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat
Sedih karena harus berpisah dengan nenek yang mengasihiku sejak kecil


Mengenang nenek-ku,
Oei Tong Kiat 









0 komentar:

Posting Komentar